Gempur86-Jakarta-Aktivis Pekerja dan Buruh, Ketua Harian KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia), KRH.HM. Jusuf Rizal mengingatkan perusahaan dan karyawan waspadai kehadiran tehnologi AI (Artificial Intelijen) yang dapat mengancam masa depan pekerja lewat PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) secara massal.
AI (Artificial Inteligen) merupakan program komputer yang dirancang untuk meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan, logika, dan karakteristik kecerdasan lainnya. Adalah Professor John McCarthy, Ilmuwan Komputer diketahui sebagai tokoh yang memperkenalkan konsep AI pada tahun 1956.
“Perlu kewaspadaan perusahaan dan karyawan (Pekerja dan Buruh) menghadapi perubahan akibat hadirnya AI. Ini bagian dari Revolusi Industri. Jika pekerja dan buruh malas meningkatkan kompetensinya, akan tergilas perubahan,” tegas Jusuf Rizal yang juga Ketum Federasi Serikat Pekerja Transport Seluruh Indonesia (FSPTSI) dan Non Formal (All Indusrtrial) itu.
Menurut pria berdarah Madura-Batak itu, AI (Artificial Inteligence) dapat mengakibatkan PHK massal di berbagai perusahaan karena kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia diambil alih dengan lebih efisien dan akurat oleh tehnologi buatan. Ini akan mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia dalam beberapa jenis pekerjaan.
Karena itu Jusuf Rizal aktivis pekerja dan buruh itu, mendesak Kementerian Ketenagakerjaan agar membentuk Tim bersama instansi terkait, baik Depertemen Kebudayaan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Himpunan Pengusaha (Kadin, Apindo, Hipmi,dll), Menkominfo, ILO serta Kementerian terkait guna mengantisipasi kehadiran AI, yang diprediksi akan memberikan dampak keberbagai sektor usaha dan Ketenagakerjaan.
“Indonesia tidak bisa jadi penonton saja, karena kehadiran AI bisa jadi bumerang ditengah bonus demografi. Pemerintah, instansi terkait, pengusaha dan serikat pekerja harus peduli akan kehadiran AI ini,” tambah Jusuf Rizal yang menyebutkan perlu pemikiran revolusioner dan visioner menghadapi AI.
Ia pun memberi tips guna mengantisipasi kehadiran dari Artificial Intelijen (AI) itu, antara lain :
1. Meningkatkan kompetensi melalui pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi karyawan (Pekerja dan Buruh) agar mereka dapat beralih ke peran yang lebih ke tingkat tinggi yang tidak dapat digantikan oleh AI.
2. Berkolaburasi antara Manusia-AI dalam membangun sistem kerja yang memanfaatkan kekuatan AI untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi karyawan. AI dapat digunakan sebagai alat bantu atau pendukung dalam pekerjaan manusia, bukan penggantinya.
3.Mengidentifikasi peran yang lebih cocok untuk AI dan memindahkan karyawan ke posisi baru yang memanfaatkan keahlian manusia yang tidak dapat digantikan oleh AI.
4.Melakukan Komunikasi dan Transparansi yang jelas kepada karyawan tentang peran AI dalam organisasi, serta memberikan pemahaman tentang langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi dampaknya.
5. Mendorong adanya inovasi di tempat kerja dengan memanfaatkan AI guna menciptakan peluang baru dan mengembangkan bisnis perusahaan yang disesuaikan dengan revolusi industri.
6.Terus menambah pengetahuan dan literasi agar mampu mengikuti perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedepan, tenaga kerja lebih banyak menggunakan otak dari pada otot (fisik) untuk hal-hal yang bersifat strategis.
(Tim Liputan)